Minggu, 11 Maret 2018

Karena Siswa, Guru Cerdas







                                                                   17 Des 2017


KARENA SISWA, GURU CERDAS



Oleh : ROMOALDUS KOPONG TOKAN,S.Pd

Guru dan peserta didik adalah dua komponen yang sangat erat apabila kita tinjau dari sisi pendidikan. Guru adalah seseorang yang sudah menyelesaikan pendidikan khusus pada  disiplin ilmu tertentu. Guru juga bisa bisa diartikan sebagai seorang yang mempunyai kemampuan pada bidang tertentu, kemudian dengan kemampunnya itu, Ia salurkan kepada orang lain dan ada manfaat yang dirasakan. Peserta didik adalah .  .  . 
Bicara tentang pendidikan berarti tidak terlepas dari guru dan peserta didik. Tanpa guru pendidkan tidak berjalan maksimal, begitu pula tanpa peserta didik, proses pembelajaran di sekolah tidak bisa berjalan. Guru bisa menjalankan kegiatan pembelajaran di sekolah apabila ada peserta didik.
Realitas atau kenyataan yang ditemukan selama ini bahwa sebagian besar guru berkeinginan agar peserta didik harus mendapat nilai sesuai KKM yang ditargetkan pada semester berjalan. Sementara itu, kemampuan rata – rata siswa di bawah standar. Disisi lain banyak guru mengatakan bahwa: peserta didik Kopong ini bodoh sekali, sehingga seluruh mata pelajaran yang di ujikan, rata – rata tidak tuntas atau tidak mencapai target KKM.

MENJADI sebuah kekeliruan besar bagi seorang guru jika mengatakan demikian. Sadar atau tidak guru telah mengajarkan kegagalan pada peserta didik. Sebagai guru profesional tentu melihat realitas atau kenyataan ini sebagai bahan untuk merancang atau mendesain metode baru agar hasil belajar akan meningkat. Guru dikatakan cerdas apabilah siswa gagal. Karena belajar dari kegagalan siswa, seorang guru lebih cerdas dalam mengatasi persoalan yang ditemukan dalam pembelajaran. Dengan demikian penulis berani mengatakan bahwa KARENA  SISWA,  GURU CERDAS. 

Literasi Mewarnai Satap Riangduli



                                                                          17 Des 2017

GERAKAN  LITERASI  MEWARNAI  SATAP  RIANGDULI
 


Oleh : ROMOALDUS KOPONG TOKAN,S.Pd

SATAP Riangduli berkarya, setelah hadir putra kelahiran Honihama, Makximus Masan Kian,S.Pd bersama Tim AGUPENA Flores Timur ( Pion Ratu Loli, Ari Hidayah Hanafi dan Ayahanda David ) pada Selas, 13 Desember 2017 dalam kegiatan GLS ( Gerakan Literasi Sekolah ). Hal ini mendapat apresiasi positif dari pimpinan SMPN Satap Riangduli. Marselinus Molan Maing,S.Ag mengatakan bahwa: GLS perlu dikembangkan di sekolah ini untuk meningkatkan karakter anak bangsa khususnya siswa SMPN Satap Riangduli. 
Ketua AGUPENA Flotim dalam sambutannya mengatakan bahwa : Literasi adalah kegiatan membaca dan menulis. Gerakan  literasi ini  berjalan dan  mencapai apa diharapkan, apabila adanya kesadaran dan kemauan pada diri kita tentang membaca dan menulis. Beliau juga menegaskan bahwa : Membaca itu mudah, tetapi bagaimana kita wujudkan itu dengan menghasilkan karya – karya yang mempunyai nilai jual yang tinggih. 
Sementara itu, Pion Ratu loli yang sering disapa dengan Pak Pion, dalam materi tentang “Tips Menulis Berita”, mengatakan bahwa : Berita merupakan informasi tentang suatu peristiwa yang terjadi. Dalam menulis sebuah berita harus perpedoman pada 5W + 1H yaitu : apa, siapa, dimana, kapan, mengapa dan bagaimana. Seorang penulis yang baik membutuhkan penguasaan kosa kata ( perbendaharaan kata), sehingga tidak kehabisan kata dalam kegiatan menulis.
Demikian pula seorang Hanafi, yang lebih akrab disapa dengan pak Ari, dalam meterinya tentang “Menulis Puisi Melalui Media Gambar”, menggarisbawahi bahwa menulis puisi itu tidak sulit. Seorang bisa merangkai kata – kata menjadi sebuah puisi, apabila ia perna menyaksikan dan  merasakan suatu peristiwa, baik secara langsung atau tidak langsung, kemudian dirangkainya menjadi kata – kata yang puitis.

Ayahanda David Kopong Lawe pada akhir kegiatan ini, menegaskan bahwa: Gerakan Literasi di SMPN Satap Riangduli terus dikembangkan dan pada akhirnya menghasilkan  karya - karya yang mampu berdayasaing. Beliau juga mengharapkan satu moment istimewa yakni “Pentas Seni  Satap Riangduli”. Dengan demikian SMPN Satap Riangduli menjadi salah satu sekolah Literasi di daerah ini. 

Karya Ilmiah Sederhana


                                                                                                           Desember 2017


UPAYA MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSA KATA (DIKSI) BAHASA INDONESIA
SISWA KELAS VII.A SMP NEGERI SATU ATAP RIANGDULI
 


Oleh : ROMOALDUS KOPONG TOKAN,S.Pd

Adalah suatu kekhilafan yang besar untuk menganggap bahwa persoalan penguasaan dan pilihan kata adalah persoalan yang sederhanan. Proses pembelajaran di kelas  tidak akan berjalan tanpa komunikasi. Dalam proses berkomunikasi ini memerluhkan persyaratan – persyaratan tertentu salah satu diantaranya penguasaan kosa kata ( perbendaharaan kata )
Kata atau diksi alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Kata – kata ibarat  “ pakaian ” yang dipakai oleh pikiraan kita. Tiap kata memiliki jiwa. Setiap anggota masyarkata harus mengetahui “ jiwa ” setiap kata, agar ia dapat menggerakkan orang lain dengan “ jiwa ” dari kata – kata yang dieprgunakannya ( Gorys Keraf ; 1980 ).
Kata merupakan suatu unit dalam bahasa yang memiliki stabilitas intern dan mobilitas posisional, yang berarti ia memiliki komposisi tertentu ( fonologi atau morfologi ) dan secara relatif memiliki distribusi yang bebas. ( Slamet Muljana ; 1977 ).
Terdapat 79,16 % siswa kelas VII.a tidak menguasai kosa kata ( diksi ) dalam Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia. Sebagian besar pula siswa tidak memiliki Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia dan terbiasa munggunakan bahasa daerah di lingkungan sekolah dan pada proses pembelajaran di kelas. Hal ini disebabkan karena kurangnya persediaan Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia di sekolah dan kurangnya kesadaran tentang “ Gerakan Literasi Sekolah ” atau gemar membaca dan menulis siswa masih rendah. Hal lain yang menyebabkan kurangnya penguasaan kosa kata pada siswa adalah  Terbiasa menggunakan bahasa daerah dalam keseharian, baik di rumah, sekolah dan masyarakat.
Untuk mengatasi hal ini, penulis melakukan beberapa langkah awal yaitu : (1) Sebelum mulai pembelajaran, tiap siswa wajib menguasai 5 kata sulit. (2) Mewajibkan siswa untuk memiliki Buku Kamus Besar Bahasa Indonesia. (3) Menerapkan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam proses pembelajaran di kelas.
Setelah langkah – langkah itu diterapkan, persentase penguasaan kosa kata siswa VII.a semakin meningkat. Keadaan tanpa menguasai 5 kata sulit terdapat 5 dari 24 atau 20,83 % siswa yang mampu menguasai kosa kata. Sedangkan keadaan setelah siswa diwajibkan menguasai 5 kata sulit meningkat menjadi 18 dari 24 atau 75 % siswa yang mampu menguasai kosa kata. Hal ini menunjukan bahwa penguasaan kosa kata sebelum pembelajaran bahasa indonesia perlu ditingkatkan, karena dengan perbendaharaan kata siswa mampu mengerti dan memahami maksud yang tersurat dan tersirat pada kata, kalimat, paragraf dan wacana. Dengan demikian tidak terjadi salah tafsir dalam pembelajaran bahasa indonesia.
Dapat disimpulkan bahwa : Penguasaan kosa kata ( perbendaharaan kata ) merupakan dasar bagi siswa VII.a dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia.
Saran : (1) Penguasaan 5 kata sulit sebelum pembelajaran Bahasa Indonesia perlu ditingkatkan. (2) Tingkatkan Gerakan Literas di Sekolah untuk meningkatkan perbendaharaan kata dalam pembelajaran bahasa indonesia.


Miskinnya Pendidikan Karakter

                                                                                     November 2017

MISKINNYA  PENDIDIKAN  KARAKTER  INDONESIA
 





Oleh: Romoaldus Kopong Tokan,S.Pd

Gerakan literasi merupakan gerbang emas menuju manusia Indonesia yang berkarakter. Berbicara literasi bukanlah hal baru bagi setiap manusia. Kegiatan membaca dan menulis adalah bagian dari literasi itu sendiri. Literasi sudah ada sejak kita di bangku Taman Kanak – kanak.
Pendidikan karakter Indonesia saat ini pada tingkat kepunahan. Indonesia saat ini tidak hanya diancam miskin ekonomi, tetapi juga miakin pendidikan karakter. Banyak persepsi bahwa Indonesia bisa berdayasaing, jika pengetahuan pada level teratas. Bahkan ada yang berpendapat bahwa Indonesia bisa bebas dari kebodohan dan kemiskinan jika pengetahuan pada tingkat teratas. Pada kesempatan ini kembali penulis mengajak untuk berpikirlah jernih sesuai dengan realitas yang ada di bumi nusantara ini. Begitu banyak di negeri ini para pemikir – pemikir handal dengan kualifikasi akademik yang memenuhi persyaratan pada bidangnya masing – masing, tetapi Indonesia masih  merinti kebodohan, kemiskinan dan tindakan – tindakan amoral.

Nah, kita sebagai pelaku pendidikan dan motor penggerak literasi menuju perubahan karakter Nusantara ini, tentu kita intropeksi diri, apa yang sudah saya lakukan untuk anak – anak negeri ini? Apakah hanya pada aspek pengetahuan dan keterampilan saja, ataukah menuju pada perubahan karakter? Sebagai seorang guru profesional, pasti bisa menjawab tantangan yang selama menjajah kita sendiri. Salah satunya adalah Meningkatkan Kegiatan Membaca dan Menulis (Lietrasi) karena hanya dengan membaca dan menulis karater anak bangsa menuju perubahan dan pada akhirnya pendidkan Indonesia bermutu. 

Karena Siswa, Guru Cerdas

                                                                    17 Des 2017 KARENA SISWA, GURU CERDAS Oleh : RO...